SEPERTI APA
Manusia adalah makhluk Allah ( Tuhan ) yang paling sempurna penciptaannya dibandingkan makhluk yang lainnya. Selain nafsu yang diberikan akal pikiran serta hati nurani pun tak luput Allah bubuhkan kedalam jasad manusia. Maklumlah kiranya jika manusia berbuat kesalahan karena memang pada hakikatnya manusia bukanlah malaikat yang senantiasa bertasbih dan bertahmid seraya memuja Tuhan-Nya didalam jiwanya sehingga segala perintah dan larangan-Nya selalu ia jalankan sepenuhnya. Begitu juga wajar adanya jika manusia berbuat kebaikan karena manusia bukanlah Syetan yang selalu berbuat dosa, kesalahan, kerusakan dan menggoda manusia hingga terjerumus kedalam kesesatan, karena syetan adalah makhluk pembangkang pertama sekaligus tersombong di alam jagad raya.
Namun yang perlu kita perhatikan dari itu semua adalah terkadang manusia tak menyadari bahwa dengan kesempurnaan yang dimiliki mengakibatkan posisinya tergeser menjadi makhluk yang cacat dan lemah. Firman Allah SWT : “ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-sebaiknya bentuk. Kemudian kami kembalikan dia kederajat yang serendah-rendahnya”. ( At-Tiin : 4-5 )
Tak luput dari hal diatas, jika kelemahan itu ditutupi dengan kearifan akal dan kebijaksanaan sikap, maka dengan sendirinya akan menghantarkan manusia pada posisi terbaik dalam hidupnya dan dipandang mulia dihadapan manusia dan disisi Sang Maha Pencipta. Oleh.
Oleh karena itu kita selaku manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu tak terbatas waktu dan tempat. Sebab dengan seperti itu merupakan salah satu diantara cara untuk meraih/ mendapatkan apa yang dicita-citakan baik cepat maupun lambat. Hal ini dipertegas oleh Allah dalam firman-Nya : “ Niscaya Allah akan meninggikan ( menaikkan ) derajat orang-orang yang beriman dan yang diberi pengetahuan diantara kamu. Dan Allah tahu benar apa yang kamu lakukan”. ( Al-Mujadalah : 11 )
Setelahnya mendapatkan atas apa yang diinginkan berkat ilmu tadi, bukan berarti malah membuat kita lupa diri dan bersikap angkuh karenanya. Justru sifat seperti inilah yang membuat manusia merasa dirinya merasa paling pintar, benar, dan sempurna adanya, firman Allah : “ Dan Dia (Allah) Maha Mengetahui keadaanmu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih berupa janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci, sebab Dialah (Allah) yang paling Mengetahui tentang orang yang taqwa”. ( An-Najm : 32 )
Maka jadilah seperti padi, semakin berisi semakin merunduk bukan tong kosong nyaring bunyinya. Hal ini mengkiaskan bahwa semakin banyak ilmu yang didapat dan semakin besar harta yang diraih, semakin merunduk pulalah sikap tingkah laku, tutur kata, dan hati kita dengan tetap mawas diri dan bersyukur kepada Allah AWT. Bukan sebaliknya, miskin ilmu miskin harta alias nihil adanya tapi gelagatnya seperti konglomerat bahkan nyawanya hampir sekarat pun sombong masih melekat dihati, Na’udzubillahi min dzalik.
Satu pesan jadilah manusia yang “ Qurrota A’yunin ” dimanapun kita berada dan oleh siapa pun kita dipandang, jadilah mawar yang selalu harum semerbak dimanapun ia ditanam.