Seperti Apa

Kamis, 05 Februari 2009

SEPERTI APA

Manusia adalah makhluk Allah ( Tuhan ) yang paling sempurna penciptaannya dibandingkan makhluk yang lainnya. Selain nafsu yang diberikan akal pikiran serta hati nurani pun tak luput Allah bubuhkan kedalam jasad manusia. Maklumlah kiranya jika manusia berbuat kesalahan karena memang pada hakikatnya manusia bukanlah malaikat yang senantiasa bertasbih dan bertahmid seraya memuja Tuhan-Nya didalam jiwanya sehingga segala perintah dan larangan-Nya selalu ia jalankan sepenuhnya. Begitu juga wajar adanya jika manusia berbuat kebaikan karena manusia bukanlah Syetan yang selalu berbuat dosa, kesalahan, kerusakan dan menggoda manusia hingga terjerumus kedalam kesesatan, karena syetan adalah makhluk pembangkang pertama sekaligus tersombong di alam jagad raya.

Namun yang perlu kita perhatikan dari itu semua adalah terkadang manusia tak menyadari bahwa dengan kesempurnaan yang dimiliki mengakibatkan posisinya tergeser menjadi makhluk yang cacat dan lemah. Firman Allah SWT : “ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-sebaiknya bentuk. Kemudian kami kembalikan dia kederajat yang serendah-rendahnya”. ( At-Tiin : 4-5 )

Tak luput dari hal diatas, jika kelemahan itu ditutupi dengan kearifan akal dan kebijaksanaan sikap, maka dengan sendirinya akan menghantarkan manusia pada posisi terbaik dalam hidupnya dan dipandang mulia dihadapan manusia dan disisi Sang Maha Pencipta. Oleh.

Oleh karena itu kita selaku manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu tak terbatas waktu dan tempat. Sebab dengan seperti itu merupakan salah satu diantara cara untuk meraih/ mendapatkan apa yang dicita-citakan baik cepat maupun lambat. Hal ini dipertegas oleh Allah dalam firman-Nya : “ Niscaya Allah akan meninggikan ( menaikkan ) derajat orang-orang yang beriman dan yang diberi pengetahuan diantara kamu. Dan Allah tahu benar apa yang kamu lakukan”. ( Al-Mujadalah : 11 )

Setelahnya mendapatkan atas apa yang diinginkan berkat ilmu tadi, bukan berarti malah membuat kita lupa diri dan bersikap angkuh karenanya. Justru sifat seperti inilah yang membuat manusia merasa dirinya merasa paling pintar, benar, dan sempurna adanya, firman Allah : “ Dan Dia (Allah) Maha Mengetahui keadaanmu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih berupa janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci, sebab Dialah (Allah) yang paling Mengetahui tentang orang yang taqwa”. ( An-Najm : 32 )

Maka jadilah seperti padi, semakin berisi semakin merunduk bukan tong kosong nyaring bunyinya. Hal ini mengkiaskan bahwa semakin banyak ilmu yang didapat dan semakin besar harta yang diraih, semakin merunduk pulalah sikap tingkah laku, tutur kata, dan hati kita dengan tetap mawas diri dan bersyukur kepada Allah AWT. Bukan sebaliknya, miskin ilmu miskin harta alias nihil adanya tapi gelagatnya seperti konglomerat bahkan nyawanya hampir sekarat pun sombong masih melekat dihati, Na’udzubillahi min dzalik.

Satu pesan jadilah manusia yang “ Qurrota A’yunin ” dimanapun kita berada dan oleh siapa pun kita dipandang, jadilah mawar yang selalu harum semerbak dimanapun ia ditanam.

Terlahir Kembali Tuk Membawa Perubahan

Rabu, 04 Februari 2009

Sekapur Sirih

Sekapur Sirih ( Hanya Basa-Basi )

Alhamdulillah, puja beserta puji mari kita sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan banyak nikmat terhadap hamba-hambanya. Shalawat beserta salam tak luput kita sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’innya, hingga pengikutnya yang selalu setia mengikuti segala sunnah dan jejak langkahnya.

Hati selalu gundah dan gelisah bahkan hampir terbawa amarah, pikiran terangsang khayalan yang tak pasti ujung pangkalnya. Kenapa begitu sulit menemukan ketenteraman hati dan jiwa, seolah batin enggan tuk merunduk. Haq dan bathil berkecamuk dalam jasad mengamuk tiada hentinya, bergejolak dan meluluh lantakkan yang ada.

Tak ada yang ingin seperti itu, hidup dengan ketidak berdayaan dan kejahilan, terlena dengan keadaan yang sesungguhnya sangat menjemukan dan membosankan. Ingin rasanya keluar dari semua himpitan dan jadi insan budiman serta memetik manisnya iman sekalipun hidup dalam kesederhanaan.

Jeritan hati menggelitik kehidupan sehari-hari, lewat puisi ingin kusampaikan pesan sebagai refleksi dari jeritan suci dari hati. Mungkin inilah salah satu ekspresi kerinduanku pada tuhan, yang setiap hari kupanjati pohon cinta-Nya.

Kini

Kini

Ya Alloh, ku bersimpuh dihadapan-Mu dengan linangan air mata, tak kuasa ku menanggung semua dosa, tak kuat ku menahan akan siksa, ku hanyalah sebuah jiwa yang terlena dan terperdaya oleh kekuasaan dunia dan gemerlapnya harta hingga ku tersungkur tak berdaya. Ku hanyalah sekujur tubuh kemudian luluh oleh hantaman jaman yang tak berperasaan, ku hanyalah seongkok jasad yang akan lenyap dalam tidurku yang lelap tanpa harus berharap olah buaian mimpi tak tetap nan gemerlap.

Hentakan kaki tak mampu lagi berdiri, tarian tangan tak lagi gemulai, pancaran mata yang kini telah redup, sengat bibir tak lagi mematikan, sinyal pendengaran pun tak mampu tuk menangkap, bahkan tubuh pun kini telah renta hingga relung batin amat sakit rasanya.

Apa mau dikata kini derita slalu tercipta untukku, kesengsaraan slalu hinggap dalam hidupku, rasa sedih menghinggapi sanubariku hingga tangisan air mata pun turut membasahi pipiku.

Keheningan menyibak malam diselimuti awan kelam terdengar sayup rintik hujan menggugah setiap insan hingga lafadz pujian silih bersahutan memanggil nama Tuhan. Kala gelak tawa membahana ditengah gemilangnya harta dan kekuasaan dunia, tak kuasa ku menahan akan semua rasa dan nafsu yang hanyalah khayalan belaka. Kini semua telah lepas dalam genggaman ku berakhir tanpa kupikir hingga ajal pun mengundangku datang.